Minggu, 07 Juli 2013

Dunia Yang Berbicara...


Dunia ini selalu mengajari banyak arti yang akan membuat manusia menjadi sesosok pribadi bermanfaat. Dunia ini memiliki perlawanan kata yang memberikan makna didalamnya, seperti hidup dan mati, cinta dan benci, memberi dan menerima dan sebagainya. Sama halnya yang kita ketahui bahwa dunia ini tidak kekal dan kita yakini kiamat pasti akan datang. Tiada satu halpun yang bisa manusia ketahui tentang datangnya kiamat, tugas kita sebagai manusia adalah berusaha sebaik mungkin untuk diri sendiri dan orang lain bahkan alam semesta ini.

Visi dan misi manusia sudah jelas yakni dunia sebagai bekal untuk di akhirat kelak. Namun, kembali lagi pada pribadi setiap manusia yang lahir kedunia ini tentang niat manusia. Allah menciptakan manusia sudah sebaik mungkin, namun terkadang manusia sendirilah yang membuat dirinya terbelenggu oleh hawa nafsu yang salah. Kita lahir dengan penuh cinta dan tanpa dosa dan seiringnya waktu manusia sendirilah yang mengubah tujuan hidupnya didunia. Sekuat kita menjaga diri untuk tetap berada dijalur yang benar, sengaja atau tidak, khilaf itu pasti pernah kita lakukan. Kita adalah manusia yang memiliki nafsu dan nafsu itulah yang membawa diri kita pada sebuah pilihan.

Awal yang baik belum tentu menjadi akhir yang baik, tanyakan pada diri sendiri akan mengakhiri kehidupan ini dengan baik atau sebaliknya. Kelemahan dan kelebihan yang ada seharusnya bisa menjadi pelajaran yang indah untuk kita hargai sebagai manusia. Jiwa yang tumbuh dalam diri manusia tergantung ia berkawan. Seperti pepatah jika kita berkawan dengan penjual parfum maka tanpa sengaja tercium baunya yang wangi. Sebaliknya, jika kita berkawan dengan pencuri maka tanpa sengaja pula kita akan terseret arusnya. Hidup ini memanag memberi pilihan yang mengharuskan kita untuk memilih, walaupun banyak pilihan yang membuat manusia salah langkah. Sesalahnya kita melangkah, kesalahan tersebut masih bisa memberikan arti tergantung manusia mengambil hikmahnya. Sekecil apapun masalah, ia masih memberikan sisi baik bagi manusia. Bukan dengan penyesalan saja manusia akan merasakan hikmah, namun hikmah bisa datang dengan berbagai rasa. Satu sama lain diantara kita seharusnya berjalan beriringan, namun banyak yang sudah dibutakan oleh keegoisan. Yang terlihat kali ini satu sama lain saling unjuk gigi membesarkan ego.

Lahirnya kita didunia tidak lepas dari sebuah cinta. Seorang wanita yang mulia mencoba mempertaruhkan nyawanya untuk sang buah hati. Ialah seorang Ibu yang mengorbankan dirinya untuk kita dan ibulah saksi pertama lahirnya kita didunia. Kita adalah pelengkap untuk ayah dan ibu, merekalah guru pertama kita yang mengjari banyak hal tentang kehidupan ini seperti mengajari kita untuk berjalan, berbicara, duduk sampai pelajaran tentang berbagai rasa seperti kecewa, cinta, senang, benci dan lainnya. Bukan hanya dari rahim seorang ibu kita ada didunia ini, dari sebuah mimpi pula kita ada disini. Sebuah mimpi yang akan mengantarkan kita menemui arti sukses.

Pandangan-pandangan dari orang sekitar kita yang akan mengajari kita tentang dunia sosialisasi. Kita tidak hidup dalam satu norma. Berbagai norma yang ada melatih kita untuk menemukan jati diri kita. Yah.. segala yang kita perbuat tidak pernah lepas dari pandangan orang-orang dan kritikan yang akan menjadikan kita lebih bijak untuk bertindak. Mengkritisi sebuah masalah menjadi PR yang bisa kita kerjakan setiap saat, hanya saja jangan sampai kritikan tersebut membawa dampak buruk untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebuah kritikan yang seimbang dengan saran akan lebih memberikan nilai plus diri kita dimata masyarakat.

Seiringnya waktu, kehidupan ini semakin menua dan semakin memberikan arti yang mendalam. Terkadang kita selalu terasingkan untuk menjadi diri sendiri. Lupanya terhadap diri sendiri sering terjadi disaat nafsu membelenggu kehidupan dengan kesombongan, iri dan dengki. Kehidupan ini sering membawa kesulitan yang muncul dari pikiran kita sendiri. Hidup ini seperti jalan yang panjang dan terjal, dimana setiap jalan yang kita langkahkan semakin sulit kita tempuh dengan kaki telanjang. Kita butuh alas kaki sebagi pengaman kaki yang kesakitan karena tajamnya krikil. Sama halnya dengan hidup yang selalu akrab dengan masalah yang ada dan tanpa keberanian kita tidak akan mampu melanjutkan hidup. Tuhan sudah merancang sebaik mungkin kehidupan setiap makhlukNya, hanya saja manusia sering lupa akan hakikat adanya Tuhan.

Manusia sering memaksakan kehendaknya dan lepas dari cara-cara yang Allah cintai, itulah sebabnya keputusan manusia pula yang sering menjadi bomerang dikemudian hari. Bomerang itu akan mengantarkan hati pada kesengsaraan yang membuat kita selalu menyalahkan diri sendiri dan keadaan yang terjadi. Seperti kura-kura dalam tempurung, pura-pura lupa bahwa Allah itu Maha Melihat. Tanpa disadari kita sering menyebut diri kita super hero tanpa membutuhkan pertolongan Allah. Kita bangga memiliki kekuatan super dan tanpa pikir panjang kita kobarkan ego dengan kalimat jargon kesombongan yang beraneka macam kata. Sengaja atau tidak, kita pernah membuat jargon kesombongan pada diri kita, kita bangga akan prestasi, kekayaan, paras wajah, atau sikap hero kita yang menjadi pahlawan dan segala sesuatu yang kita anggap lebih untuk kita tunjukan pada dunia. Itulah kita sebagai manusia yang tidak jauh dari sombong atau kebanggaan terhadap diri sendiri, bahkan kita sering diperbudak oleh jargon kesombongan yang kita buat dengan merendahkan orang lain yang berefek pada kemiskinan hati.

Dunia ini tak lebih seperti panggung sandiwara. Memang benar, dunia ini panggung sandiwara yang disutradarai Allah dan ciptaanNyalah yang menjadi perangkat sandiwara. Beda dengan sinetron yang hanya menceritakan kehidupan yang fiktif. Kehidupan yang kita jalani ini bukan sekedar sandiwara biasa, namun sebuah akting yang akan kita pertangungjawabkan diakhirat kelak. Kita tahu benar bahwa kehidupan yang kita jalani ini hanya sementara. Namun, kebanyakan dari manusia pura-pura lupa bahwa Ia akan mati. Manusia lebih menikmati dunia dengan segala macam fasilitasnya. Manusia yang beruntung adalah manusia yang bisa memanfaatkan dunia dengan sebijak mungkin sedangkan manusia yang rugi adalah manusia yang terlalu mencintai dunia tanpa ia sadari bahwa akhirat itu ada. Manusia yang bijak adalah manusia yang selalu mengingatkan kebaikan selama didunia demi terciptanya kedamaian dan tujuannya adalah akhirat. Seperti firman Allah dalam surat Al- ‘Ashr ayat 1-3:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Al-‘Ashr:1-3).
Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah nyanyian, maka nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah. Hidup adalah cinta, maka nikmatilah (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar