Minggu, 07 Juli 2013

JIKA AKU MERINDUKANMU

RINDU


Rindu
Kala hatiku dan hatimu jauh
Rasa ini terpendam tak berwujud
Aku tak menepiskan pandangan ini
Tak aku sadari jika aku terlalu jauh
Jauh memendam rasa yang tak berwujud
Aku rindu...
Rindu akan gelak tawamu
Aku rindu...
Rindu ketika kau gaduhkan hariku
Jangan jadikan rasa rindu ini kebohongan
Jangan pula menafifkan rasa rindu ini
Biarlah mengalir...
Sesuai rasa rindu yang menyelinap
Aku tak pernah tahu kapan ini berakhir
Hanya berharap akan berakhir indah....

Ketika kita merindukan seseorang yang kita kagumi, adakah dari kita mampu mengelak? Saya rasa tak ada yang bisa mengelaknya. Meskipun bayangannya selalu lari-lati dipikiran kita, tetap saja kita tak bisa mengusirnya. Lalu, bagaimanakah agar rindu itu menjadi rasa yang baik? Coba kita renungkan, rindu pada siapakah kita yang sesungguhnya? Mungkin jawaban yang tepat adalah rindu pada Allah swt. rindu yang hanya mampu kita ucap lewat zikir dan dalam sujud saja. seberapa besarkah rindu kita pada Allah? Saya rasa masih seujung kuku, rindu yang masih jauh dari kata rindu. Namun, ketika kita merasakan rindu pada yang lain, misalnya pada lawan jenis, seberapa besarkah kerinduan itu muncul? Lebih dari seujung kuku bahkan lebih besar dari dunia. Salahkah jika kita merindukan selain Allah, bisa jadi pasangan kita? tidak, akan tetapi cukupkanlah rindu itu yang paling besar adalah pada pencipta dan Rasulullah saw saja. lainnya, boleh engkau rindukan akan tetapi jangan terlalu berlebihan dalam merindukan sesuatu yang belum jadi milik kita. Allah Maha Mengatahui yang terbaik untuk kita.
Jujur saja, saya merasakan kerinduan yang boleh jadi Saya merindukan dunia yang terbungkus dengan sosok seorang lelaki yang sering menjadi lawan dalam kesepian saya. Saya selalu berusaha menyangkal jika Saya tidak sedang merindukannya, akan tetapi tetap saja rindu itu memang untuk Saya rasakan. Wajarkah? Entahlah,,,, setahu saya, manusia hakikatnya memang memiliki rasa tersebut, namun siapa yang saya rindukan itulah yang menjadi pertanyaannya. Saya merindukan seseorang yang belum tentu menjadi hak Saya. Bertawakal atas rasa rindu ini? sesekali Saya bisa melenyapkan, namun semakin hari semakin membuat saya tak nyenyak tidur dan selalu membayangkan dirinya. Berandai-andai bersamanya. Saya tahu, apa yang saya lakukan adalah salah, tetapi mau diapakan lagi, sekali mengelak sejuta rasa merapuhkan pertahanan untuk tidak terbayangi oleh sikapnya tersebut. saya manusia, apa rasa ini salah? jika salah, apa yang harus saya lakukan? saya mengerti jika Allah-lah yang memikinya, tetapi apakah sebuah kesalahan jika rasa itu mampir? Saya hanya bisa berfikir begini, “biarlah rasa rindu ini datang sesuka hati, namun Allah-lah yang akan memantaskan keriduan ini... jika memang dia untuk Saya, pastilah, dia datang dengan cinta dan seperangkatnya (keluarganya). Untuk apa? Mengkhitbah Saya dan kerinduan ini...” aamiin.

Aku akan menyerah
Menyarah jika rasa ini telah lelah
Tak bisa aku pungkiri
Dan tak ingin aku usir
Karena rindu adalah bentuk fitrah
Fitrahnya cinta pada sesama manusia
Sebab aku adalah kaum-Nya
Kaum-Nya yang teramat lemah
Biarkan saja rindu ini menyelinap

Hingga bosan tak kembali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar