RINDU
Rindu
Kala hatiku dan hatimu jauh
Rasa ini terpendam tak berwujud
Aku tak menepiskan pandangan ini
Tak aku sadari jika aku terlalu jauh
Jauh memendam rasa yang tak berwujud
Aku rindu...
Rindu akan gelak tawamu
Aku rindu...
Rindu ketika kau gaduhkan hariku
Jangan jadikan rasa rindu ini kebohongan
Jangan pula menafifkan rasa rindu ini
Biarlah mengalir...
Sesuai rasa rindu yang menyelinap
Aku tak pernah tahu kapan ini berakhir
Hanya berharap akan berakhir indah....
Ketika kita merindukan seseorang yang kita kagumi, adakah dari kita
mampu mengelak? Saya rasa tak ada yang bisa mengelaknya. Meskipun bayangannya
selalu lari-lati dipikiran kita, tetap saja kita tak bisa mengusirnya. Lalu,
bagaimanakah agar rindu itu menjadi rasa yang baik? Coba kita renungkan, rindu
pada siapakah kita yang sesungguhnya? Mungkin jawaban yang tepat adalah rindu
pada Allah swt. rindu yang hanya mampu kita ucap lewat zikir dan dalam sujud
saja. seberapa besarkah rindu kita pada Allah? Saya rasa masih seujung kuku,
rindu yang masih jauh dari kata rindu. Namun, ketika kita merasakan rindu pada
yang lain, misalnya pada lawan jenis, seberapa besarkah kerinduan itu muncul?
Lebih dari seujung kuku bahkan lebih besar dari dunia. Salahkah jika kita
merindukan selain Allah, bisa jadi pasangan kita? tidak, akan tetapi
cukupkanlah rindu itu yang paling besar adalah pada pencipta dan Rasulullah saw
saja. lainnya, boleh engkau rindukan akan tetapi jangan terlalu berlebihan
dalam merindukan sesuatu yang belum jadi milik kita. Allah Maha Mengatahui yang
terbaik untuk kita.
Jujur saja, saya merasakan kerinduan yang boleh jadi Saya merindukan
dunia yang terbungkus dengan sosok seorang lelaki yang sering menjadi lawan
dalam kesepian saya. Saya selalu berusaha menyangkal jika Saya tidak sedang
merindukannya, akan tetapi tetap saja rindu itu memang untuk Saya rasakan.
Wajarkah? Entahlah,,,, setahu saya, manusia hakikatnya memang memiliki rasa
tersebut, namun siapa yang saya rindukan itulah yang menjadi pertanyaannya.
Saya merindukan seseorang yang belum tentu menjadi hak Saya. Bertawakal atas
rasa rindu ini? sesekali Saya bisa melenyapkan, namun semakin hari semakin
membuat saya tak nyenyak tidur dan selalu membayangkan dirinya. Berandai-andai
bersamanya. Saya tahu, apa yang saya lakukan adalah salah, tetapi mau diapakan
lagi, sekali mengelak sejuta rasa merapuhkan pertahanan untuk tidak terbayangi
oleh sikapnya tersebut. saya manusia, apa rasa ini salah? jika salah, apa yang
harus saya lakukan? saya mengerti jika Allah-lah yang memikinya, tetapi apakah
sebuah kesalahan jika rasa itu mampir? Saya hanya bisa berfikir begini,
“biarlah rasa rindu ini datang sesuka hati, namun Allah-lah yang akan
memantaskan keriduan ini... jika memang dia untuk Saya, pastilah, dia datang
dengan cinta dan seperangkatnya (keluarganya). Untuk apa? Mengkhitbah Saya dan
kerinduan ini...” aamiin.
Aku akan menyerah
Menyarah jika rasa ini telah lelah
Tak bisa aku pungkiri
Dan tak ingin aku usir
Karena rindu adalah bentuk fitrah
Fitrahnya cinta pada sesama manusia
Sebab aku adalah kaum-Nya
Kaum-Nya yang teramat lemah
Biarkan saja rindu ini menyelinap
Hingga
bosan tak kembali...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar